Minggu, 14 Juni 2009

Waktu Dibalik Batu

Suatu hari, seorang guru berbicara didepan para siswanya, dan ia memberikan sebuah ilustrasi yang tidak akan dengan mudah dilupakan para siswanya.

Dia mengeluarkan toples berukuran satu galon yang bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja. Lalu ia juga mengeluarkan sekira selusin batu berukuran segenggam tangan, dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam toples.

Satu demi satu dimasukkannya batu itu hingga memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat untuk masuk ke dalamnya, kemudian dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” Semua siswanya serentak menjawab, “Sudaah.”

Kemudian dia berkata, “Benarkah?” Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu itu hingga tidak ada kerikil lagi yang dapat masuk kedalamnya.

Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi, “Apakah toples ini sudah penuh?” Kali ini para siswanya hanya tertegun, “hmm..mungkin belum Pak”, salah satu dari siswanya menjawab.

“Bagus!”, jawabnya. Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.

Sekali lagi dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” “Belum Pak!” serentak para siswanya menjawab dengan yakin. Sekali lagi dia berkata, “Bagus!”

Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menuangkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Hingga akhirnya tidak ada apa-apa lagi yang bisa masuk kedalamnya.

Lalu sang guru ini memandang kepada para siswanya dan bertanya “Apakah maksud dari ilustrasi ini?” Seorang siswanya yang antusias langsung menjawab, “Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya”






Benarkah seperti itu?

hmm..ternyata, “Bukan”, jawab sang guru. “Bukan itu maksudnya”.

***

Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa: Jika kita tidak meletakkan batu besar itu sebagai yg pertama, kita tidak akan pernah bisa memasukkannya ke dalam toples sama sekali.

Lalu, apakah batu-batu besar dalam hidup ini? Mungkin keluarga kita, orang-orang yang kita sayangi, persahabatan, kesehatan, mimpi-mimpi..Hal-hal yg kita anggap paling berharga dalam hidup.

Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama atau kita tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kita mendahulukan hal-hal kecil (kerikil dan pasir) dalam waktu kita maka kita hanya memenuhi hidup dengan hal-hal kecil dan tidak akan punya waktu berharga yg dibutuhkan untuk melakukan hal-hal besar dan penting (batu-batu besar) dalam hidup.

Lalu.. sudahkah kita menjadikan Ibadah kepada Sang Maha Pencipta sebagai batu terbesar kita?





"Demi masa/waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS. Al Ashr: 1-3)


NB: jzk Aldi atas review seminarnya :)

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online